curhat
Sekolah, buat apa mengejar nilai ?
Dulu saya melanjutkan kuliah hanya untuk mengikuti keinginan orang tua. Dulu saya merasa salah masuk sekolah menengah atas dan salah mengambil jurusan, sehingga saya cuma bermalas-malasan dan belajar semaunya. Tak pentinglah bagi saya mendapat nilai berapa, asalkan bisa lulus. Itu saja saya sudah bersyukur.
Pernahkah kamu merasa demikian ?
Asal tahu saja, kita tak bisa menutup mata bahwa bagi seorang freshgraduate yang melamar kerja, IPK dan almamater adalah hal yang pertama kali dilihat oleh pihak perusahaan. Pernah suatu kali teman saya, mengikuti jobfair dan menceritakan pengalamannya yang berkaitan dengan hal tersebut.
Teman saya, sebut saja TS, mengantri di salah satu tenant di sebuah jobfair yang belum lama ia ikuti. Tenant itu adalah miliksebuah perusahaan yang cukup bonafit di Indonesia. Di depan TS mengantri 2 orang yang juga ingin melamar ke perusahaan tersebut, sebut saja si A dan si B. Dan sebut saja si Penjaga Tenant nya sebagai PT.
Saat si A mulai mendapat giliran,
PT : Maaf mas, mungkin mas nya udah baca di depan? (sambil menunjuk banner stand yang ada di
depan tenant)
A : Oh iya mas sudah
PT : Iya dan di sana tertulis kan bahwa kami memberikan syarat IPK minimal 3. Sedangkan IPK mas
kurang nih. (tersenyum)
A : Iya Mas saya tau.Tapi saya coba dulu deh, sebenernya saya pinter kok mas (dengan muka memelas)
PT : Oh maaf tidak bisa mas, ini sudah syarat dari atas...
A : Engga mas engga apa-apa coba saja dulu. Saya beneran pinter kok...
PT : Tapi...
A : Dan saya itu orangnya mau berusaha dan bla bla bla bla..........
Akhirnya si PT mengambil lamaran si A, dan membawanya ke belakang. Sambil berterima kasih dan tersenyum pada si A.
Selanjutnya tiba giliran si B,
PT : IPK mas di atas 3 kan?
B : Eh iya mas IPK saya 3,5
PT : Oke, bagus. Dari universitas mana ya?
B : Dari un******* mas
PT : Eh iya darimana ?
B : Un******
PT : Oh dimana itu ya?
Pembicaraan mereka berlanjut, sampai akhirnya lamaran si B diambil juga oleh PT, sambil berucap "Oke mas, terima kasih, kita coba liat dulu lamarannya".
Lalu akhirnya teman saya yang mendapat giliran. Seperti biasa ia juga bersalaman sambil berkenalan dengan dengan Penjaga Tenant tersebut.
PT : IPK mas?
TS : 3,2 mas
PT : Oke. Lulusan ?
TS : Un**** -sebuah universitas negeri terkenal di kota saya-
PT : (sambil mengambil sebuah amplop) Silakan mas ini undangannya. Mas bisa langsung ikut tes
dan interview. Info lengkapnya silakan liat di undangan ini. (Lamarannya pun diambil oleh PT
dan disimpan di mejanya)
TS : Terima kasih banyak mas (Sambil tersenyum dan meninggalkan tenant tersebut dengan kepala
tegak)
Pernahkah kamu merasa demikian ?
Asal tahu saja, kita tak bisa menutup mata bahwa bagi seorang freshgraduate yang melamar kerja, IPK dan almamater adalah hal yang pertama kali dilihat oleh pihak perusahaan. Pernah suatu kali teman saya, mengikuti jobfair dan menceritakan pengalamannya yang berkaitan dengan hal tersebut.
Teman saya, sebut saja TS, mengantri di salah satu tenant di sebuah jobfair yang belum lama ia ikuti. Tenant itu adalah miliksebuah perusahaan yang cukup bonafit di Indonesia. Di depan TS mengantri 2 orang yang juga ingin melamar ke perusahaan tersebut, sebut saja si A dan si B. Dan sebut saja si Penjaga Tenant nya sebagai PT.
![]() |
Suasana Job Fair |
Saat si A mulai mendapat giliran,
PT : Maaf mas, mungkin mas nya udah baca di depan? (sambil menunjuk banner stand yang ada di
depan tenant)
A : Oh iya mas sudah
PT : Iya dan di sana tertulis kan bahwa kami memberikan syarat IPK minimal 3. Sedangkan IPK mas
kurang nih. (tersenyum)
A : Iya Mas saya tau.Tapi saya coba dulu deh, sebenernya saya pinter kok mas (dengan muka memelas)
PT : Oh maaf tidak bisa mas, ini sudah syarat dari atas...
A : Engga mas engga apa-apa coba saja dulu. Saya beneran pinter kok...
PT : Tapi...
A : Dan saya itu orangnya mau berusaha dan bla bla bla bla..........
Akhirnya si PT mengambil lamaran si A, dan membawanya ke belakang. Sambil berterima kasih dan tersenyum pada si A.
Selanjutnya tiba giliran si B,
PT : IPK mas di atas 3 kan?
B : Eh iya mas IPK saya 3,5
PT : Oke, bagus. Dari universitas mana ya?
B : Dari un******* mas
PT : Eh iya darimana ?
B : Un******
PT : Oh dimana itu ya?
Pembicaraan mereka berlanjut, sampai akhirnya lamaran si B diambil juga oleh PT, sambil berucap "Oke mas, terima kasih, kita coba liat dulu lamarannya".
Lalu akhirnya teman saya yang mendapat giliran. Seperti biasa ia juga bersalaman sambil berkenalan dengan dengan Penjaga Tenant tersebut.
PT : IPK mas?
TS : 3,2 mas
PT : Oke. Lulusan ?
TS : Un**** -sebuah universitas negeri terkenal di kota saya-
PT : (sambil mengambil sebuah amplop) Silakan mas ini undangannya. Mas bisa langsung ikut tes
dan interview. Info lengkapnya silakan liat di undangan ini. (Lamarannya pun diambil oleh PT
dan disimpan di mejanya)
TS : Terima kasih banyak mas (Sambil tersenyum dan meninggalkan tenant tersebut dengan kepala
tegak)
Cerita
di atas adalah kisah dari teman saya yang freshgraduate. Bagi kamu yang
sudah lulus, mungkin cerita di atas terasa terlambat untuk disampaikan.
Karena mungkin kamu malah sudah mengalaminya sendiri. Tapi bagaimana
dengan adik-adik kamu, saudara atau teman yang masih berjuang dengan
studinya? Kamu tidak mau kan mereka mengalami hal serupa ?
Tidak
salah memang bahwa hardskill dan softskill itu sangat diperlukan di
dunia kerja, tapi itu untuk nanti. Untuk nanti saat kamu sudah mulai terjun
dalam pekerjaan yang sebenarnya.
Pada saat tahap paling awal melamar pekerjaan, nilai akademis lah yang dipandang.
Ingat jangan pernah meremehkan sekolah atau kuliah kamu. Berusahalah
bersaing, kejar nilai yang tinggi. Miliki tujuan untuk masuk ke sekolah
atau kampus unggulan, dan setelah berhasil masuk jangan sia-sia kan. Jangan
terlalu naif dan idealis dengan tidak mengejar nilai. Saat kamu berusaha
sebaik mungkin, melakukan yang terbaik dalam pelajaran, maka nilai
pasti akan mengikuti. Ingat, semuanya adalah perjuangan.
Kecuali kamu memang sudah memiliki cita-cita lain: mau berwirausaha. Mengumpulkan sebanyak mungkin lingkaran pertemanan. Tak peduli seberapa nilai yang kamu dapat, kamu bisa selalu berpikir di setiap proses selalu ada pembelajaran yang bisa diambil. Di setiap kegagalan, akan selalu ada kekuatan yang muncul.
Atau mau mencari calon imam yang baik untuk rumah tangga kamu, calon ibu yang pantas untuk anak-anak kamu kelak
Atau kamu tidak berorientasi pada masa depan dalam sekolahmu: hanya ingin menikmatinya.
Tentukanlah sekarang!
![]() |
Siapa yang bisa menebak akan menjadi apa kelak anak yang mengisi jawaban ini ? |
Posting Komentar
0 Komentar